Kamis, 22 November 2012

tugas apresiasi puisi


Tugas Apresiasi Puisi
1.      Penyair yang Sering Menggunakan Kata Warna Dalam Puisinya
  • Chairil Anwar
SAJAK PUTIH
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
  • Tengku Amir Hamzah Pangeran Indra Putra
Panji di Hadapanku
Kau kibarkan panji dihadapanku
Hijau jernih diampu tongkat mutu-mutiara
Di kananku berjalan, mengiring perlahan, ridlamu, dua sebaya, putih-putih, penuh melimpah, kasih persih

·         Andi Gunawan
Kau Gemakan Laguku Saat Jendela Terbuka
:Yessa Putra Noviansyah
Hari-hari merupa hitam putih sesekali terselip abu
Umpama tembakau dalam kemasan petang,
kunikmati selingan kelabu yang menggelayuti maut sebelum datang merah.

·         Robert Frost Dunes
hijau cemburu kelahiran kembali uang
ungu royalti pencerahan fantasi
merah muda kebahagiaan
coklat kualitas duniawi
orange keingintahuan kebijaksanaan
abu-abu depresi kekalahan monoton kebosanan
emas – kebahagiaan
merah kemarahan bahaya perang rayuan gairah
black kesedihan atau kematian
putih kemurnian tetapi juga kematian tersirat dari kain kafan

·         Slamet Sukirnanto
”Catatan Harian Seorang Demonstran”
Jaket kuning berlumur darah
Dengan sedih kutatap kawan-kawan rebah
Di bumi, terik matahari kota Jakarta
O kita tahu apa arti ini semua
....

2. Ciri-ciri khusus dalam penggunaan kata yang digunakan oleh:
  1. WS. Rendra
  2. Chairil Anwar
  3. Taufik Ismail
  4. Sutardji Calzoum Bachri
Puisi adalah bagian dari  karya sastra. Ia terbangun dari unsur makna yang tertuang dalam kata-kata. Selain itu, puisi merupakan jelmaan rasa penciptanya, ungkapan hati baik itu sedih, gembira, marah, benci, simpatik, dan lain sebagainya. Jika kita melihat lebih jauh, dalam masa perkembangannya kini, puisi memiliki banyak ragamnya, contoh puisi baru, puisi kontemporer, puisi tipografi, hingga puisi-puisi rupa. Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat berhubungannya, dan sebagainya.
Puisi merupakan salah satu genre sastra yang makin lama makin berkembang dari waktu ke waktu, baik dari segi bentuk maupun jumlah peminatnya.  Sebagai sebuah karya sastra, puisi tentunya memiliki hakikat dan fungsi yang disebut dulce et utile. Dulce artinya menyenangkan, sedangkan utile artinya bermanfaat.  Jika menyoroti hakikat dulce, penyair berusaha sebisa mungkin menggunakan berbagai cara untuk membuat puisinya memiliki kesan yang menyenangkan.


1.      WS. Rendra

Orang-Orang Miskin

Orang-orang miskin di jalan,
yang tinggal di dalam selokan,
yang kalah di dalam pergulatan,
yang diledek oleh impian,
janganlah mereka ditinggalkan.

Angin membawa bau baju mereka.
Rambut mereka melekat di bulan purnama.
Wanita-wanita bunting berbaris di cakrawala,
mengandung buah jalan raya.

Orang-orang miskin. Orang-orang berdosa.
Bayi gelap dalam batin. Rumput dan lumut jalan raya.
Tak bisa kamu abaikan.

Bila kamu remehkan mereka,
di jalan  kamu akan diburu bayangan.
Tidurmu akan penuh igauan,
dan bahasa anak-anakmu sukar kamu terka.

Jangan kamu bilang negara ini kaya
karena orang-orang berkembang di kota dan di desa.
Jangan kamu bilang dirimu kaya
bila tetanggamu memakan bangkai kucingnya.
Lambang negara ini mestinya trompah dan blacu.
Dan perlu diusulkan
agar ketemu presiden tak perlu berdasi seperti Belanda.
Dan tentara di jalan jangan bebas memukul mahasiswa.

Orang-orang miskin di jalan
masuk ke dalam tidur malammu.
Perempuan-perempuan bunga raya
menyuapi putra-putramu.

Tangan-tangan kotor dari jalanan
meraba-raba kaca jendelamu.
Mereka tak bisa kamu biarkan.

Jumlah mereka tak bisa kamu mistik menjadi nol.
Mereka akan menjadi pertanyaan
yang mencegat ideologimu.
Gigi mereka yang kuning
akan meringis di muka agamamu.
Kuman-kuman sipilis dan tbc dari gang-gang gelap
akan hinggap di gorden presidenan
dan buku programma gedung kesenian.

Orang-orang miskin berbaris sepanjang sejarah,
bagai udara panas yang selalu ada,
bagai gerimis yang selalu membayang.

Orang-orang miskin mengangkat pisau-pisau
tertuju ke dada kita,
atau ke dada mereka sendiri.

O, kenangkanlah :
orang-orang miskin
juga berasal dari kemah Ibrahim

Yogya, 4 Pebruari 1978
Potret Pembangunan dalam Puisi


Puisi- puisi karya W.S Rendra dapat dianalisis melalui tema alienasi yakni tema yang mempunyai gambaran seseorang yang memisahkan diri atau terpisah dari sosialnya kemudian menjadi terasing. Dalam tema alienasi pada puisi-puisi karya WS. Rendra, terdapat empat faktor yang melatar belakangi adanya alienasi, yakni rasa kesepian, kurangnya rasa solidaritas, ketidakberdayaan dan antipati atau ketidakpercayaan. Kemudian diksi yang digunakan merupakan diksi atau pilihan kata-kata konotatif dan kata-kata yang menunjukkan ciri khas Rendra sebagai penyair yang berlatar belakang budaya jawa yang diungkapkan melalui susunan kata estetik, sehingga menimbulkan daya sugesti tinggi, seperti adanya rasa cinta, bahagia serta kegelisahan.
SAJAK MATAHARI
Oleh: WS Rendra

Matahari bangkit dari sanubariku.
Menyentuh permukaan samodra raya.
Matahari keluar dari mulutku,
menjadi pelangi di cakrawala.

Wajahmu keluar dari jidatku,
wahai kamu, wanita miskin !
kakimu terbenam di dalam lumpur.
Kamu harapkan beras seperempat gantang,
dan di tengah sawah tuan tanah menanammu !

Satu juta lelaki gundul
keluar dari hutan belantara,
tubuh mereka terbalut lumpur
dan kepala mereka berkilatan
memantulkan cahaya matahari.
Mata mereka menyala
tubuh mereka menjadi bara
dan mereka membakar dunia.

Matahari adalah cakra jingga
yang dilepas tangan Sang Krishna.
Ia menjadi rahmat dan kutukanmu,
ya, umat manusia !


Citraan dalam Puisi “Sajak Matahari”
Ø  Citraan Penglihatan (visual imagery)
Citraan ini dapat dilihat pada bait pertama dan baris ketiga dan keempat puisi tersebut.

Matahari keluar dari mulutku,
    menjadi pelangi di cakrawala

Kemudian pada bait ketiga puisi tersebut.

Satu juta lelaki gundul
    keluar dari hutan belantara,
    tubuh mereka terbalut lumpur
    dan kepala mereka berkilatan
    memantulkan cahaya matahari.
    Mata mereka menyala
    tubuh mereka menjadi bara
    dan mereka membakar dunia

Dari beberapa penggalan bait puisi tersebut diatas, seorang penyair menginginkan bahwa apa yang ia rasakan, juga dirasakan oleh pembaca mengenai semangatnya yang membara, bersahaja, yang tak kenal lelah hingga dunia tergentar dan terbakar karena semangat itu.

Ø  Citra Perabaan (tactile imagery)
Citraan pendengaran yang terdapat pada puisi ini yaitu dapat dilihat pada bait pertama baris kedua.
Menyentuh permukaan samodra raya…

Kemudian pada bait ketiga baris ketujuh yaitu.
tubuh mereka menjadi bara
dan mereka membakar dunia…

Pada bait ini, penyair memberikan pemahaman kepada pembaca bahwa seseorang harus memiliki keinginan dan kemauan yang besar untuk menggapai sesuatu, hingga menjadi bara yaitu mengindikasikan semangat yang membara tidak kenal putus asa.

Ø  Citra Gerak
Citraan gerak dalam puisi karya WS Rendra ini yaitu terdapat pada penggalan bait pertama dan ketiga yaitu sebagai berikut:
…Matahari bangkit dari sanubariku…
…Satu juta lelaki gundul
    keluar dari hutan belantara…

Ø  Citra Perasaan
Citraan ini pada puisi Sajak Matahari dapat dilihat pada bait pertama yaitu.
Matahari bangkit dari sanubariku

Dalam puisi ini, penyair menggunakan perasaannya sebagai penyampaian imajinya terhadap gambaran-gambaran masa pembangunan, yang membuat ia mencoba bangkit dari keterpurukan.

2.      Chairil anwar
AKU
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

Puisi AKU karya Chairil Anwar merupakan ekspresi jiwa penyair yang menginginkan kebebasan dari semua ikatan, Chairil Anwar mengungkapkan ekspresi atau sikap jiwanya sebebas-bebasnya sebagai “AKU”.
Chairil Anwar juga menciptakan puisi:
Yang Luar Biasa Pedih
Bukan kematian benar yang menusuk kalbu
Keridhaanmu menerima segala tiba
Tak kutahu setinggi itu atas debu
Dan duka maha tuan bertahta


Chairil Anwar menciptakan puisi diatas karena sebelumnya, ia menjalani hidupnya yang amat jarang berduka, salah satu kepedihan terhebat adalah saat neneknya meninggal dunia. Chairil melukiskan kedukaan itu dalam sajak yang luar biasa pedih.
3.      Taufik Ismail

Taufik Ismail pernah mengenyam pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan, Universitas Indonesia (sekarang IPB),,sehingga iilah yang melatar belakangi beliau menciptakan puisi yang berhubungan dengan kedokteran.

Tuhan Sembilan Senti

Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok, tapi tempat siksa
tak tertahankan bagi orang yang tak merokok,

Di sawah petani merokok, di pabrik pekerja merokok, di kantor pegawai
merokok, di kabinet menteri merokok, di reses parlemen anggota DPR
merokok, di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok,
hansip-bintara-perwira nongkrong merokok, di perkebunan pemetik buah kopi
merokok, di perahu nelayan penjaring ikan merokok, di pabrik petasan
pemilik modalnya merokok, di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok,

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na'im sangat ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,

Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok, di ruang kepala
sekolah ada guru merokok, di kampus mahasiswa merokok, di ruang kuliah
dosen merokok, di rapat POMG orang tua murid merokok, di perpustakaan
kecamatan ada siswa bertanya apakah ada buku tuntunan cara merokok,
........................................
........................................


Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumul saling
menularkan HIV-AIDS sesamanya, tapi kita tidak ketularan penyakitnya.
Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya mengepulkan asap rokok di
kantor atau di stopan bus, kita ketularan penyakitnya. Nikotin lebih jahat
penularannya ketimbang HIV-AIDS.


Salah satu cara yang digunakan penyair untuk menimbulkan kesan menyenangkan pada puisinya adalah dengan menggunakan ketidaklangsungan ekspresi puisi. Setiap penyair memiliki ciri khas atau gaya sendiri-sendiri dalam menggunakan ketidaklangsungan ekspresi.  Salah satu penyair yang sering menggunakan ketidaklangsungan ekspresi puisi adalah Taufik Ismail.  Penyair yang banyak menulis puisi-puisi bernada sosial ini juga sudah menelurkan berbagai antologi puisi diantaranya : Tirani dan Benteng (1966) dan Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (1998). Dalam kumpulan puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia Karya Taufik Ismail, penulis telah menguraikan analisis ketidaklangsungan ekspresi puisi yang terkandung di dalam lima puisi dengan masing-masing judul: Seratus Juta; Syair Empat Kartu di Tangan; Miskin Desa, Miskin Kota; Air Kopi Menyiram Koran; dan Kuitansi.
KUTAHU KAU KEMBALI JUA ANAKKU
Oleh :
Taufik Ismail
Saudara-kandungku pulang perang, tangannya merah
Kedua pundak landai tiada tulang selangka
Dia tegak goyah, pandangnya pada kami satu-satu
Aku tahu kau kembali jua anakku
Tiba-tiba dia roboh di halaman dia kami papah
Ibu pun perlahanmengusapi dahinya tegar
Tanganku amis ibu, tanganku berdarah
Aku tahu kau kembali jua anakku
Siang itu dia tergolek ibu, lekah perutnya
Aku tak membidiknya, tapi tanganku bersimbah
Tunduk terbungkuk matanya sangat papa
Kami sama rebah, kupeluk dia di tanah
Kauketuk sendiri ambang dadamu anakku
Usapkan jemari sudah berdarah
Simpan laras bedil yang memerah
Kutahu kau kembali jua anakku
MALU (AKU) JADI ORANG INDONESIA
Ketika di Pekalongan, SMA kelas tiga
Ke Wisconsin aku dapat beasiswa
Sembilan belas lima enam itulah tahunnya
Aku gembira jadi anak revolusi Indonesia
Negeriku baru enam tahun terhormat diakui dunia
Terasa hebat merebut merdeka dari Belanda
Sahabatku sekelas, Thomas Stone namanya,
Whitefish Bay kampung asalnya
Kagum dia pada revolusi Indonesia
Dia mengarang tentang pertempuran Surabaya
Jelas Bung Tomo sebagai tokoh utama
Dan kecil-kecilan aku nara-sumbernya
Dadaku busung jadi anak Indonesia
Tom Stone akhirnya masuk West Point Academy
Dan mendapat Ph.D. dari Rice University
Dia sudah pensiun perwira tinggi dari U.S. Army
Dulu dadaku tegap bila aku berdiri
Mengapa sering benar aku merunduk kini

4.      Sutardji Calzoum Bachri

Sutardji Calzoum Bachri memiliki ciri khusus dalam penggunaan kata-kata khas seperti: ngiau, huss, puss, tiarap harap, burung paling sayap, laut paling larut, tanah paling pijak, renyai, sangsai, ngilu, puri pura-puraku, anu, bajingan, tai, pukimak, duri sepi, dupa rupa, menyan luka, pot, pagut, dukangiau, duhai sangsai, waswas, o bolong, dan sebagainya. Kata-kata yang dipilih Sutardji tersebut kurang lazim digunakan dalam puisi Indonesia, dalam puisinya banyak kata-kata yang tidak bermakna diberi makna baru; dan juga digunakan untuk mengungkapkan ungkapan yang bersifat estetis.
Karya-karya Sutardji Calzoum Bachri
BATU
Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri

        batu mawar
        batu langit
        batu duka
        batu rindu
        batu janun
        batu bisu
        kaukah itu
                        teka
                                teki
        yang
        tak menepati janji ?
    Dengan seribu gunung langit tak runtuh dengan seribu perawan
    hati takjatuh dengan seribu sibuk sepi tak mati dengan
    seribu beringin ingin tak teduh.  Dengan siapa aku mengeluh?
    Mengapa jam harus berdenyut sedang darah tak sampa mengapa gunung harus meletus sedang langit tak sampai mengapa peluk
    diketatkan sedang hati tak sampai mengapa tangan melambai
    sedang lambai tak sampai.  Kau tahu
        batu risau
        batu pukau
        batu Kau-ku
        batu sepi
        batu ngilu
        batu bisu
        kaukah itu
                                teka
                        teki
                        yang
        tak menepati
                        janji ?
        Memahami Puisi, 1995
        Mursal Esten
BAYANGKAN
untuk Salim Said
Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri

direguknya
         wiski
            direguk
               direguknya
bayangkan kalau tak ada wiski di bumi
sungai tak mengalir dalam aortaku katanya
di luar wiski
           di halaman
                 anak-anak bermain
bayangkan kalau tak ada anak-anak di bumi
aku kan lupa bagaimana menangis katanya
direguk
   direguk
       direguknya wiski
            sambil mereguk tangis
lalu diambilnya pistol dari laci
bayangkan kalau aku tak mati mati katanya
dan ditembaknya kepala sendiri
bayangkan
TRAGEDI WINKA & SIHKA
Kawin
Kawin
Kawin
Kawin
Kawin
Ka
Win
Ka
win
ka
win
ka
win
ka
winka
winka
winka
sihka
sihka
sihka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
sih
sih
sih
sih
sih
ka
Ku
Sajak di atas hanya terdiri dari dua kata, yakni kawin dan kasih. Kedua kata itu diputus-putus dan dibalik, yang secara linguistik tidak ada maknanya, kecuali kawin dan kasih itu. Kata kawin dan kasih bermakna konotatif, yakni perkawinan itu menimbulkan angan-angan hidup penuh harapan dan kebahagiaan, apalagi bila diiringi kasih sayang.
Pada sajak di atas, kata kawin dideretkan sampai lima kali secara utuh, ini dimaknai bahwa dalam periode mungkin lima tahun, lima bulan, lima minggu, atau lima hari, perkawinan itu berjalan seperti yang diharapkan dari semula, penuh kebahagiaan. Akan tetapi kemudian kata kawin terputus-putus, ini dimaknai bahwa perkawinan yang penuh kebahagiaan itu sudah tidak utuh lagi, karena banyak masalah suami istri menjadi sering bertengkar.
Selanjutnya gambaran terbaliknya kata kawin menjadi winka mengandung arti bahwa kebahagiaan ‘surga’ yang diharapkan itu menjadi sebaliknya ‘neraka’ yang ada. Begitu pula dengan tipografi zigzag, ini memberi kesan bahwa perkawinan yang semula bermakna kebahagiaan itu, setelah melalui jalan yang berliku-liku, pada akhirnya terjadi bencana, tragedi: terbaliknya winka dan terputusnya sihka.
3.      Ciri-ciri Puisi Karya Sendiri

Aliran yang terkandung dalam puisi yang saya ciptakan adalah aliran romantisme, kata-kata yang digunakan di dalamnya banyak terdapat kata-kata romantis, mengutamakan perasaan yang menggambarkan kenyataan hidup. Kata-kata yang digunakan dalam puisi menuangkan kedukaan hati atau banyak melukiskan kesedihan. Romantisme adalah aliran dalam karya sastra yang mengutamakan perasaan. Romantisme ini timbul sebagai reaksi terhadap rasionalisme yang menganggap segala rahasia alam bisa diselidiki dan diterangkan oleh akal manusia. Romantisme dianggap sebagai aliran yang lebih mementingkan penggunaan bahasa yang indah, mengawang ke alam mimpi. Pengalaman romantisme adalah pengalaman yang hanya terjadi dalam angan-angan, seperti lamunan muda-mudi dengan kekasihnya.

Rintik Hujan Pembawa Cinta
Kau duduk di atas kayu tua
Mengenakan stelan jeans biru
Dibalut kain tebal yang menghangatkan  tubuhmu
Aku datang dengan tatapan hangat
Berjalan ke sebuah istana dengan senyuman manis
Lirikan mata ini pun tak mampu berpaling darimu
Aku tahu kau pun melirikku, Membalas lirikan mata ini
Kau tersenyum  manis saat mataku dan matamu dipertemukan
Kau nampak kedinginan saat itu, Tapi aku ragu menyapamu untuk pertama kali
....................................................
2 tahun 8 bulan telah ku jalani bersamamu
Suka duka, tawa dan canda menjadi saksi hubungan kita
Kau pernah berjanji akan tetap bersamaku sampai kapanpun itu
Kelak aku akan percaya hal itu saat kau dan aku terikat suatu hubungan yang tak akan pernah terpisahkan
Hari itulah yang sangat aku nanti-nantikan
Hari dimana kita akan mengikat janji setia
Kau dan aku tentunya, bukan dengan orang lain.

Ada pula puisi saya yang beraliran realism sosial yang melihat kierja pemerintah sekarang ini.
SEKIAN TAHUN PELUK FATAMORGANA
tancapkan anak panah
tepat dijantung rakyatnya
membius tak sadar
terjerat untaian kata
membumbung penuh fatamorgana

yah, hari ini kita merasa nyaman
hari ini kita disapa
hari ini kita tersenyum
hari ini harapan itu ada
esok kita menjerit
esok kita diam
esok siapa lagi terbius olehnya