Kamis, 04 Oktober 2012

SALAM PAGI


Pagi.
Ah, Aku ingin kembali tertidur
dikala mentari telah beranjak ke peraduanya
kembali memejamkan mata
dan mengenang hal-hal aneh yang membuatku terbangun kembali
Pagi?
Aku bahkan tak yakin kalau ini benar-benar pagi
Sampai senyummu yang menggelayut bersama embun
 membangunkanku dengan kehangatan yang berbeda
mentari telah memancarkan senyumnya
menandakan bahwa hari ini adalah kenyataan
hembusan angin pun mewakili senyummu kembali menyapaku
dengan ucapan salam pagi

Makassar, 03 Oktober 2012

AIR MATA (UNTUKMU SAHABATKU)

Mutiara itu kembali berjatuhan
Aku masih ingat dua hari yang lalu
Tepatnya pukul 11.00 hingga subuh menjemput
Mutiara itu terus jatuh dan membasahi pipimu
Aku tak tenang melihat dirimu tersiksa
Hanya karena seorang pecundang
Aku tak mungkin mencegahmu
Air mata itu dengan sendirinya akan menyembuhkan lukamu
Suatu saat kamu akan menyadari bahwa dia memang bukan untukmu
Tuhan masih sayang padamu
Hingga ia merelakan orang yang kamu syang pergi darimu
Tuhan punya maksud lain
Tuhan akan membahagiakanmu dengan memasangkan tulang rusukmu dengan tulang rusuk orang yang benar-benar mencintaimu
Air mata itu akan tenggelam dan kebahagiaan akan datang menjemputmu

Makassar, 03 Oktober 2012

AIR MATA (UNTUKMU SAHABATKU)



Mutiara itu kembali berjatuhan
Aku masih ingat dua hari yang lalu
Tepatnya pukul 11.00 hingga subuh menjemput
Mutiara itu terus jatuh dan membasahi pipimu
Aku tak tenang melihat dirimu tersiksa
Hanya karena seorang pecundang
Aku tak mungkin mencegahmu
Air mata itu dengan sendirinya akan menyembuhkan lukamu
Suatu saat kamu akan menyadari bahwa dia memang bukan untukmu
Tuhan masih sayang padamu
Hingga ia merelakan orang yang kamu syang pergi darimu
Tuhan punya maksud lain
Tuhan akan membahagiakanmu dengan memasangkan tulang rusukmu dengan tulang rusuk orang yang benar-benar mencintaimu
Air mata itu akan tenggelam dan kebahagiaan akan datang menjemputmu

Makassar, 03 Oktober 2012